PTJ adalah karya kedua Bang Joko di tahun ini, setelah sukses menelurkan Gundala, PTJ hadir sebagai salah satu film yang ditunggu. Sayangnya salah satu film Indonesia yang gue tunggu tunggu kehadiran nya di penghujung 2019 ini agak kurang memuaskan menurut gue.
Babak pertama dan kedua film ini dimulai dengan baik, sayangnya untuk sekelas sutradara seperti Bang Joko, babak ketiga difilm ini terasa berlarut larut, dan cenderung mudah ditebak dan membosankan.
Total durasi 1 jam 46 menit amat terasa lamban, gue sampe lihat jam berkali kali buat make sure udah berapa lama film running dari awal.
Dari segi cerita, PTJ sebenarnya punya potensi untuk jadi film horror tersukses tahun ini, ya walaupun dengan kekecewaan gue juga PTJ tetap lebih baik lah dari film horror 2019 lain nya. Ya memang tidak seburuk film horror Indonesia lain nya, disini Bang Joko tetap menunjukan kelas nya sebagai sutradara kelas atas, tapi dari tolok ukur film Bang Joko, PTJ menurut gue memang kurang memuaskan.
Atmosphere film ini memang dibangun dengan gelap, kehidupan masyarakat kelas bawah di Indonesia, unsur lokal yang amat kuat, tapi justru punya ending yang anti klimaks dan klise menurut gue, boleh setuju, boleh tidak, plot twist nya pun terasa mengambang. Dari mulai ternyata Rahayu adalah anak dari Ki Saptadi, dan ternyata Ki Donowongso ternyata adalah “korban” dari Nyi Misni, menurut gue kurang “wow” untuk ukuran plot twist. Ditambah sound nya juga kurang mendukung ya, jadi agak kurang merinding jadinya ketika semuanya di ceritakan ulang.
Adegan terbaik disini menurut gue adalah pas Dini digantung dan di gorok oleh Nyi Misni, menurut gue sih itu lebih ngagetin daripada plot twist yang gue jabarin diatas, apalagi motif Ki Saptadi jadi membunuh Ki Donowongso juga kurang kuat menurut gue.
Jika membandingkan film ini dengan Pengabdi Setan nya Bang Joko, film ini memang tertinggal jauh, justru karena sangat bagusnya Pengabdi Setan lah yang membuat film ini terasa kurang memuaskan, ekspektasi yang terlalu tinggi terutama jika filmnya digarap Bang Joko.
Terakhir, film ini cukup baik dalam penyampaian pesan ke penonton, gak banyak pertanyaan lah setelah nonton. Tapi mengecewakan buat gue yang udah nunggu nunggu film ini. Yang patut diacungi adalah acting dari Asmara Abigail yang menurut gue udah berkembang banget, setelah sebelumnya nonton dia di Sekte yang ganggu banget sama cara ngomong nya, dan di Gundala yang jeritannya mengganggu banget, tapi di film ini dia berhasil menurut gue, gak timpang ketika beradu dengan Tara Basro dan Chistine Hakim. Semoga sih Bang Joko tetap menjadikan Pengabdi Setan sebagai standard film horror nya dia, supaya kedepannya ketika kita berkespektasi terlalu tinggi tetap terpuaskan dengan hasil yang ciamik juga
Skor 6.5/10